Home » » Hukum Menghadiahkan Pahala Bacaan Al Fatihah, Al Qur'an Kepada Rasulullah SAW

Hukum Menghadiahkan Pahala Bacaan Al Fatihah, Al Qur'an Kepada Rasulullah SAW

al-qur'an

Menghadian pahala bacaan surat al-Fatihah atau bacaan al-Qur'an kepada Rasulullah SAW hukumnya diperbolehkan, bahkan orang yang membacanya akan mendapat pahala yang agung dan mendapatkan derajat kedudukan yang tinggi. 


مجموع فتاوي القرآن الكريم من القرن الأول إلى القرن الرابع عشر  للدكتورمحمد موسى الشريف الجزء 1 صحيفة: 1254-1256 مكتبة دار الأندلس الحضراء المملكة العربية السعودية - جدة
سئل الشيخ عبد الحفيظ بن درويش العجيمي الحنفي رحمه الله تعالى عنه.
إهداء قراءة القرآن إلى روح سيدنا رسول الله صلى الله عليه وسلم , هل يجوز أم لا, أفتونا؟
أجاب: نعم يجوز ذلك, وفاعله مأجور لعظم أجره ذلك, لأن مذهب جمهور أهل السنة والجماعة جواز إهداء عمل الإنسان لغيره وهو عام في جميع العبادات صلاة أو صوما أو حجا أو صدقة أو قراءة القرآن أو ذكر أو غير ذلك من أنواع البر سواء كان فرضا أو نفلا. – إلى أن قال – فمن رغب في رفع الدرجات فليكثر من إهداء جميع الخيرات للأحياء والأموات خصوصا سيد السادات ولا ينقص بذلك أجره بل يعظم به ثوابه ويعلو قدره كما وردت به السنة وذهب إليه كثير من علماء الأمة – إلى أن قال – وقال في (التحفة) ما حاصله: وأما اعتيد في الدعاء بعدها – يعني قراء القرآن من قول الداعي :اللهم ا جعل ثواب ذلك أو مثله إلى حضرته صلى الله عليه وسلم أو زيادة في شرفه جائز كما قاله جماعة من المتأخرين بل حسن مندوب إليه خلافا لمن وهم فيه ؛ لأنه صلى الله عليه وسلم أذن لنا في الدعاء له بكل ما فيه زيادة تعظيم حيث أمرنا بسؤال الوسيلة له ونحوها
Syaikh Abdul Hafidz bin Darwis Al-'Ajimi Al-Hanafi semoga allah merahmatinya (nama lengkapnya Syaikhul Islam Jamaluddin Abdul Hafidz bin darwis bin Muhammad al-'Ajimi, beliau bermadzhab hanafi  dan pernah menjabat sebagai dan Mufti dan hakim di Makkah), pernah ditanya tentang masalah hadiah bacaan al-qu'an kepada ruh baginda kita Rasulullah SAW, apakah hukumnya diperbolehkan atau tidak, berilah fatwa kepada kami?
Beliau menjawab: Ya, Hukumnya diperbolehkan, dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala, karena besarnya pahala perbuatan tersebut, sebab madzhab jumhur Ahsus Sunnah Wal-Jama'ah memperbolehkan menghadiahkan pahala manusia kepada orang lain, dan itu umum dalam semua ibadah, baik berupa shalat, puasa, haji, shodaqoh, bacaan al-qur'an, dzikir atau yang lainnya dari berbagai macam bentuk amal baik, baik itu ibadah wajib maupun sunnah…dan barang siapa suka ditinggikan derajatnya maka hendaknya ia menghadiahkan semua kebaikannya kepada orang yang masih hidup dan orang yang sudah meninggal, lebih lebih kepada baginda Nabi SAW, dan pahala orang tersebut tidak akan berkuran bahkan pahalanya akan bertambah agung dan tinggi derajatnya sebagaimana keterangan yang terdapat dalam as-sunnah (hadits), dan itu adalah pendapat para ulama'…Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam karya Tuhfatul Muhtaj berkata, kesimpulannya sebagai berukut, " “Kebiasaan dalam doa setelah membaca al-Quran dengan menjadikan pahalanya atau yang sepadan dengan bacaan tersebut yang dihaturkan kepada Nabi Saw, atau sebagai tambahan bagi kemuliaan beliau adalah diperbolehkan, sebagaimana disampaikan banyak para ulama mutaakhirin (generasi akhir ulama Syafiiyah), bahkan hal itu adalah baik dan dianjurkan. Berbeda dengan ulama yang tidak sependapat. Sebab Nabi Saw memberi izin kepada kita dalam do'a dengan semua bentuk do'a yang mengadung bertambahnya ke agungan tatkala Nabi SAW memrintahkan kita dengan meminta pangkat Wasilah (di surga) dan sesamanya.

فتاوى الرملي  الجزء 4 صحية: 11 مكتبة الشاملة
( سُئِلَ ) عَمَّنْ قَرَأَ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ وَأَهْدَى ثَوَابَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَ وَأَوْصَلَ إلَى حَضْرَتِهِ أَوْ زِيَادَةً فِي شَرَفِهِ أَوْ مُقَدَّمًا بَيْنَ يَدَيْهِ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ كَمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ هَلْ ذَلِكَ جَائِزٌ مَنْدُوبٌ يُؤْجَرُ فَاعِلُهُ أَوْ لَا وَمَنْ مَنَعَ ذَلِكَ مُتَمَسِّكًا بِأَنَّهُ أَمْرٌ مُخْتَرَعٌ لَمْ يَرِدْ بِهِ أَثَرٌ وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُجْتَرَأَ عَلَى مَقَامِهِ الشَّرِيفِ إلَّا بِمَا وَرَدَ كَالصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَسُؤَالِ الْوَسِيلَةِ هَلْ هُوَ مُصِيبٌ أَوْ لَا ؟ ( فَأَجَابَ ) نَعَمْ ذَلِكَ جَائِزٌ بَلْ مَنْدُوبٌ قِيَاسًا عَلَى الصَّلَاةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُؤَالِ الْوَسِيلَةِ وَالْمَقَامِ الْمَحْمُودِ وَنَحْوِهِ ذَلِكَ بِجَامِعِ الدُّعَاءِ بِزِيَادَةِ تَعْظِيمِهِ وَقَدْ جَوَّزَهُ جَمَاعَاتٌ مِنْ الْمُتَأَخِّرِينَ وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُونَ حَسَنٌ فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ فَالْمَانِعُ مِنْ ذَلِكَ غَيْرُ مُصِيبٍ
 “Imam Ar-Romly pernah ditanya: tentang seseorang yang membaca al-Quran dan menghadiahkan pahalanya yang sepadan untuk Nabi Saw, menghaturkan kepada beliau, atau untuk menambah kemulian beliau, atau yang lainnya sebagaimana yang sudah menjadi tradisi, apakah boleh dan dianjurkan yang pelakunya mendapat pahala ataukah tidak boleh? Orang yang berpendapat demikian berpedoman bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang dibuat-buat yang tidak ada dasar riwayatnta, dan tidak dianjurkan karena tidak boleh memberanikan diri terhadap kedudukan Nabi yang mulia, kecuali dengan cara yang telah disyariatkan seperti membaca salawat dan memintakan derajat Wasilah. Apakah ini benar? Ia (Imam Ramli) menjawab: “Ya, hal itu adalah boleh, bahkan dianjurkan, disamakan dengan membaca salawat kepada Nabi Saw, memintakan derajat Wasilah, tempat yang terpuji dan lainnya, dengan persamaan sebagai doa untuk menambah keagungannya. Hal ini telah diperbolehkan oleh banyak ulama dari kalangan mutaakhirin dan telah diamalkan oleh banyak manusia. Apa yang dipandang baik oleh umat Islam maka hal itu adalah baik disisi Allah. Maka orang yang melarangnya adalah tidak benar”

رد المحتار الجزء 6 صحيفة: 406 مكتبة الشاملة
مَطْلَبٌ فِي إهْدَاءِ ثَوَابِ الْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [ تَتِمَّةٌ ] ذَكَرَ ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتَاوَى الْفِقْهِيَّةِ أَنَّ الْحَافِظَ ابْنَ تَيْمِيَّةَ زَعَمَ مَنْعَ إهْدَاءِ ثَوَابِ الْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَنَّ جَنَابَهُ الرَّفِيعَ لَا يُتَجَرَّأُ عَلَيْهِ إلَّا بِمَا أَذِنَ فِيهِ ، وَهُوَ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ ، وَسُؤَالُ الْوَسِيلَةِ لَهُ قَالَ : وَبَالَغَ السُّبْكِيُّ وَغَيْرُهُ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ ، بِأَنَّ مِثْلَ ذَلِكَ لَا يَحْتَاجُ لِإِذْنٍ خَاصٍّ ؛ أَلَا تَرَى أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ يَعْتَمِرُ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمُرًا بَعْدَ مَوْتِهِ مِنْ غَيْرِ وَصِيَّةٍ . وَحَجَّ ابْنُ الْمُوَفَّقِ وَهُوَ فِي طَبَقَةِ الْجُنَيْدِ عَنْهُ سَبْعِينَ حَجَّةً ، وَخَتَمَ ابْنُ السِّرَاجِ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلَافٍ خَتْمَةٍ ؛ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ .ا هـ
“Bab tentang menghadiahkan pahala al-Quran untuk Nabi Saw. Ibnu Hajar al-Haitami menyebut dalam al-Fatawa al-Fiqhiyah bahwa al-Hafidz Ibnu Taimiyah menyangka larangan menghadiahkan bacaan al-Quran untuk Nabi Saw, dengan alasan kedudukan Nabi yang mulia tidak boleh dilangkahi kecuali dengan yang disyariatkan, yakni salawat dan permintaan derajat Wasilah bagi Nabi, Ibnu Hajar berkata: “as-Subki dan lainnya membantah Ibnu Taimiyah, bahwa dalam masalah kirim pahala ini tidak perlu izin khusus. Tidakkah anda lihat Ibnu Umar melakukan umrah beberapa kali untuk Nabi Saw setelah beliau tanpa wasiat, Ibnu al-Muwaffiq melakukan haji atas nama Nabi sebanyak 70 kali, Ibnu as-Siraj mengkhatamkan untuk Nabi lebih dari 10000 kali khataman dan menyembelih qurban untuk beliau sebanyak itu”

Dan sudah menjadi kesepakatan dalam madzhab Syafiiyah bahwa jika ada pendapat yang disepakati oleh Imam Ibnu Hajar dan Imam Ramli maka pendapat tersebut adalah pendapat yang kuat. Hal ini juga diperkuat oleh ahli hadis al-Hafidz al-Munawi:

فيض القدير الجزء 2 صحيفة: 103 مكتبة الشاملة
جَازَ الدُّعَاءُ عِنْدَ الْخَتْمِ بِنَحْوِ : اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ زِيَادَةً فِي شَرَفِهِ لِأَنَّهُ وَإِنْ كَانَ كَامِلَ الشَّرَفِ فَكَمَالُهُ نِسْبِيٌّ وَالْاِزْدِيَادُ فِيْهِ مُتَصَوِّرٌ بِخِلَافِ صِفَاتِهِ تَعَالَى كَمَالُهَا فِي ذَاتِهَا لَا يَقْبَلُ زِيَادَةً وَلَا نُقْصَانًا
 “Diperbolehkan membaca doa ketika khataman al-Quran: “Ya Allah, jadikanlah al-Quran sebagai tambahan kemuliaan Nabi”. Sebab meski Nabi memiliki kemuliaan yang sempurna, maka kesempurnaan beliau adalah relatif, dan masih memungkinkan untuk bertambah sempurna. Hal ini berbeda dengan sifat-sifat Allah yang kesempurnaan dalam Dzat-Nya tidak bisa ditambah dan tidak bisa dikurangi”

Demikian sedikit artikel yang bisa saya tulis, semoga bermanfa'at. amin


والله أعلم بالصواب

Share this

abaoutme

About Me

Muhammad Ihsan: Kang Santri Paud berasal dari Boyolali, tinggal di Kedunggobyak, Sobokerto, Ngemplak Boyolali Jateng. Saya baru belajar mendesain blog sekaligus menjadi admin blog ini.
Previous
« Prev Post

0 komentar:

Posting Komentar