{ فَصْلٌ } غَسْلُ الْمَيِّتِ وَتَكْفِيْنُهُ
وَالصَّلَاةُ عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ فَرْضُ كِفَايَةٍ إِذَا كَانَ مُسْلِمًا وُلِدَ حَيًّا.
وَوَجَبَ لِذِمِّىٍّ تَكْفِيْنٌ وَدَفْنٌ وَلِسِقْطٍ مَيِّتٍ غَسْلٌ وَكَفْنٌ وَدَفْنٌ
وَلَايُصَلَّى عَلَيْهِمَا. وَمَنْ مَاتَ فِيْ قِتَالِ الْكُفَّارِ بِسَبَبِهِ كُفِّنَ
فِيْ ثِيَابِهِ فَإِنْ لَمْ تَكْفِهِ زِيْدَ عَلَيْهَا وَدُفِنَ وَلَايُغْسَلُ
وَلَايُصَلَّى عَلَيْهِ. وَأَقَلُّ الْغُسْلِ إِزَالَةُ النَّجَاسَةِ وَتَعْمِيْمُ
جَمِيْعِ بَشَرِهِ وَشَعْرِهِ وَإِنْ كَثُفَ مَرَّةً بِالْمَاءِ الْمُطَهِّرِ. وَأَقَلُّ
الْكَفْنِ سَاتِرُ جَمِيْعِ الْبَدَنِ وَثَلَاثُ لَفَائِفَ لِمَنْ تَرَكَ تِرْكَةً
زَائِدَةً عَلَى دِيْنِهِ وَلَمْ يُوْصِ بِتَرْكِهَا.
وَأَقَلُّ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ أَنْ يَنْوِيَ فِعْلَ الصَّلَاةِ عَلَيْهِ وَالْفَرْضَ
وَيُعَيِّنَ وَيَقُوْلَ اللهُ أَكْبَرُ وَهُوَ قَائِمٌ إِنْ قَدَرَ ثُمَّ يَقْرَأُ
الْفَاتِحَةَ ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ ثُمّ يَقُوْلُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ ثُمَّ يَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ ثُمَّ
يَقُوْلُ اللهُ أَكْبَرُ, السَّلَامُ عَلَيْكُمْ. وَلَا بُدَّ فِيْهَا مِنْ
شُرُوْطِ الصَّلَاةِ وَتَرْكِ الْمُبْطِلَاتِ. وأَقَلُّ الدَّفْنِ حَفْرَةٌ تَكْتُمُ
رَائِحَتَهُ وَتَحْرِسُهُ مِنَ السِّبَاعِ. وَيُسَنُّ أَنْ يُعَمَّقَ قَدْرَ قَامَةٍ
وَبَسْطَةٍ وَيُوَسَّعُ وَيَجِبُ تَوْجِيْهُهُ إِلَى الْقِبْلَةِ.
Fasal
Memandikan mayit, mengafani,
menyolati dan menguburnya adalah fardlu kifayah. Hal itu jika mayit adalah
seorang yang beragama islam dan lahir dalam keadaan hidup. Sedangkan mayit
kafir dzimmy[1] hanya
wajib untuk dikafani dan dikubur, begitu juga janin yang (belum mencapai umur 6
bulan dan lahir) dalam keadaan mati hanya wajib untuk dimandikan, dikafani,
dikuburkan dan keduanya tidak boleh disholati.
Bila ada seorang yang meninggal
dalam peperangan melawan orang kafir dan kematiannya disebabkan oleh perang
tersebut maka ia harus dikafani dengan pakaian yang ia kenakan saat perang.
Jika tidak cukup maka ditambah dengan kain lainnya. Selain itu wajib dikuburkan tanpa dimandikan
dan disholati[2].
Paling sedikitnya memandikan
mayit adalah dengan menghilangkan najis dan meratakan air yang menyucikan
ke seluruh kulit dan rambutnya walaupun lebat. Minimal kafan adalah kain yang
dapat menutup seluruh badan dan minimal 3 lapis bagi mayit yang memiliki harta
peninggalan yang melebihi dari hutangnya serta ia tidak berwasiat untuk tidak
dipakaikan 3 lapis[3].
Menyolati mayit paling
minimal adalah dengan praktek:
-
Berniat menyolati mayit,
menyebutkan kefardluan dan men-ta’yin (menentukan mayit yang disholati)[4].
-
Mengucapkan Allahu Akbar
(disertai niat diatas) dengan posisi berdiri jika mampu, lalu membaca surat
Al-Fatihah.
-
Kemudian mengucapkan “اللهُ أَكْبَرُ” lantas
membaca sholawat:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
مُحَمَّدٍ.[5]
-
Kemudian mengucapkan “اللهُ أَكْبَرُ” lalu
berdoa:
Dalam sholat jenazah ini harus
terpenuhi syarat-syarat sholat dan menjauhi perkara-perkara yang
membatalkan sholat.
Liang kubur paling
minimal adalah galian/liang yang mampu menyembunyikan bau mayit dan menjaga
tubuh mayit dari binatang buas. Disunahkan memperdalam liang kira-kira seukuran
berdirinya orang yang mengangkat tangan. Selain memperdalam disunahkan juga
untuk memperluas liang. Dan wajib menghadapkan mayit ke arah kiblat.
[1] Kafir dzimmy adalah orang
yang tidak beragama islam namun berada di Negara Islam dan tunduk pada
aturan-aturan syari’at islam yang diberlakukan untuknya.
[2] Hukum memandikan dan
menyolatinya adalah haram. Lihat Mirqot Shu’udi At-Tashdiq Syarh Sullam
Taufiq, Surabaya : Al-Hidayah hal.
37
[3]
Sedangkan bagi mayit yang tidak memiliki harta yang cukup untuk melunasi
hutangnya atau mayit yang berwaasiat untuk meninggalkan 2 lapis dan hanya
dipakaikan satu kain kafan saja maka kedua orang itu hanya wajib dipakaikan
satu lapis kain saja.
[4] Seperti menentukan mayit
dengan ungkapan mayit ini, mayit yang ada, mayit yang disholati imam, mayit
yang ada di mihrob atau yang ada di hadapan imam. Hal ini adalah ta’yin menurut
kitab Mirqotu Shu’udi At-Tashdiq. Lihat Mirqot
Shu’udi At-Tashdiq Syarh Sullam Taufiq, Surabaya : Al-Hidayah hal. 37.
Sedangkan dalam kitab Is’adur Rofiq yang dimaksud ta’yin adalah menentukan
sholat bukan menentukan mayit. Sholat mayit disebutkan dengan tertentu supaya
berbeda dengan sholat yang lain. Lihat Is’ad Ar-Rofiq, Surabaya :
Al-Hidayah juz 1 hal. 106
Diantara niat sholat mayit adalah: "أُصَلِّي عَلَى هَذَا الْمَيِّتِ فَرْضًا لِلهِ
تَعَالَى" artinya : “Saya
mensholati mayit ini sebagai kewajiban karena Allah Ta’ala”. Kata هَذَا
الْمَيِّتِ bisa diganti dengan "الْمَيِّتِ الْحَاضِرِ"
(mayit yang ada) atau "الْمَيِّتِ
أَمَامَ الْإِمَامِ" (mayit didepan imam) atau "الْمَيِّتِ فِي
الْأَمَامِ" (mayit di depan imam) atau "مَنْ صَلَّى
عَلَيْهِ الْإِمَامِ" (mayit yang disholati imam).
Sedangkan bila mayitnya perempuan diganti dengan kata .
[5] Sholawat diatas adalah
paling minimal. Sedangkan yang sempurna adalah membaca sholawat :
اللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي
العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Is’ad juz 1 hal. 106
[6] Doa ini paling minimal,
sedangkan yang sempurna adalah:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزَلَهُ وَوَسِّعْ
مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنْ
الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْت الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ
دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا
مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ
Doa diatas diperuntukkan bagi mayit
laki-laki. Bila mayit adalah perempuan maka lafa dlomir “هُ”
diganti “هَا”.
Sedangkan
bila mayit belum baligh maka doa yang dibaca adalah:
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لِأَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا
وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا وَشَفِيعًا وَثَقِّلْ بِهِ مَوَازِينَهُمَا وَأَفْرِغْ الصَّبْرَ
عَلَى قُلُوبِهِمَا , اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُمَا وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُمَا
Lihat Kifayatul Akhyar juz 1 hal.
167-168
[7]
Setelah takbir ke-empat dan sebelum salam disunahkan berdoa:
اللَّهُمَّ
لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ
0 komentar:
Posting Komentar